Hikayat Membagi Makanan
Alkisah zaman dahulu kala,
hidup Nabi yang sangat gemar membagi makanan. Beliau adalah Nabi Ibrahim
AS. Membagi makanan yang dimaksud adalah ketika Beliau mendapatkan makanan,
Beliau akan mengajak orang lain untuk makan bersamanya. Ya, begitulah
kegiatan sehari-hari beliau, yang patut
dicontoh oleh kita di zaman penuh individualisme ini.
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim telah mendapatkan makanan yang cukup enak, namun tidak ada orang
yang bisa diajaknya untuk makan bersamanya, beliau mulai mencari berkeliling
kampung, hanya untuk menikmati makanan bersamanya, namun anehnya dalam satu
kampung tidak ada satu orang pun yang bisa beliau temui. Akhirnya beliau
menunggu di rumahnya hingga ada seseorang yang melewati rumahnya. Beliau pun
mengejar orang yang baru saja lewat di depan rumahnya itu. Setelah didekati,
ternyata orang tersebut adalah orang yang dikenal Nabi Ibrahim, yakni seorang
penyembah berhala yang suka menghina Allah swt.. Beliau akhirnya mengurungkan
niatnya untuk berbagi makanan dan makan sendiri. Beliau melakukan tatacara
seperti yang diajarkan dalam agama, yakni mencuci tangan, berdoa sebelum makan,
makan dengan tangan kanan, dan berdoa setelah makan.
Namun kejadian yang tak
disangka-sangka terjadi setelah Nabi Ibrahim menghabiskan makanannya. Beliau
terkena sakit perut setelah manghabiskan makanannya tadi. Beliau menganggap ada
sesuatu yang salah di sini. Lalu Nabi Ibrahim bertanya pada Allah swt.,
dan terjadilah dialog berikut ini :
Nabi Ibrahim : “ Ya Rabb, mengapa engkau memberiku cobaan berupa sakit perut
ini?”
Allah swt. : “Apa yang engkau lakukan barusan tadi?”
Nabi Ibrahim :“Aku memakan makananku sendiri.”
Allah swt. :“Mengapa engkau makan sendiri?”
Nabi
Ibrahim :“Aku tadi sudah mencari kemana-mana untuk mencari
teman makanku, namun aku tidak
menemukannya, aku hanya menemukan seorang tua renta penyembah berhala”.
Allah swt. : “Kenapa engkau tidak mengajaknya makan bersamamu?”.
Nabi Ibrahim :“Dia adalah seorang penyembah berhala dan suka menhina-Mu Ya Rabb”
Allah swt. : “Walaupun dia selalu menghina-Ku, dia
makan berasal dari rezeki yang telah kuberikan. Jika dia lewat lagi di depan
rumahmu dan engkau mempunyai makanan, ajaklah dia makan bersamamu”.
Nabiyullah Ibrahim pun
tersadar, keesokan harinya, beliau mendapatkan makanan dan kebetulan pula
seorang penyembah berhala yang kemarin lewat di depan rumahnya melewati kembali
di depan rumahnya Sang Nabi. Sesuai perintah Allah swt., beliau mengajak orang
tua tadi dan makan bersamanya.
Dari cerita tadi kita
dapat mengambil hikmah yang sangat besar, bahwa kita harus berbuat baik kepada
siapapun, apapun agamanya, apapun sukunya, apapun rasnya. Cerita di atas
menuturkan bagaimana kasih sayang Allah swt. Yang tiada tara kepada semua
makhluk. Allah swt. Tanpa pandang bulu memberi rezeki kepada makhluk yang
beriman maupun tidak beriman kepada-Nya. Allah swt. Tidak pernah ‘baper’ dalam
memberi rezeki. Jumlah makhluk yang beriman, baik banyak atau sedikit tidak
akan mempengaruhi kebesaran Allah swt. Oleh karena itu, jangan pernah pandang
bulu dalam menolong orang lain, jika membutuhkan dan kita mampu menolongnya,
tolonglah sesegera mungkin. Bahkan jika perlu terhadap sesama makhluk, terhadap
hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya. Semoga dengan mengilhami cerita ini, kita
dapat berubah dalam kehidupan sehari-hari, dengan lebih peduli dengan
lingkungan sekitar dan memperkuat rasa saling tolong-menolong terhadap sesama.
Komentar
Posting Komentar