HIKMAH KEHIDUPAN DARI PANDEMI CORONA
Saat ini dunia sedang dilanda pandemi
penyakit yang sangat mengerikan, yaitu Coronavirus Disease 2019 atau
yang biasa disingkat Covid-19. Orang-orang biasa menyebut dengan sederhana
sebagai wabah Corona. WHO sudah menetapkan status wabah penyakit ini sebagai pandemi
global. Sampai artikel ini dibuat, jumlah kasus penyakit yang disebabkan oleh Coronavirus
jenis baru ini sudah mencapai 737.929 kasus di seluruh dunia. Amerika Serikat
menjadi negara dengan kasus tertinggi dengan jumlah 143.055 kasus. Jumlah kematian
akibat penyakit ini mencapai 35.019 jiwa dengan kematian tertinggi di negara
Italia berjumlah 10.779 jiwa. Di Indonesia sudah ada 1.414 kasus dengan 122
kematian, tertinggi di Asia Tenggara (JHU,
2020). Penambahan jumlah kasus cukup cepat mengingat
penyakit ini baru muncul di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019. Diperkirakan
kasus ini akan bertambah hingga lebih dari satu juta kasus dalam satu bulan ke
depan (KoczKodaj
et al., 2020). Di Indonesia, jumlah kasus
diprediksi mencapai hampir 4000 kasus dalam rentang waktu yang sama (Ariawan,
Riono, Farid, & Jusril, 2020).
Pengampu kebijakan di seluruh dunia berupaya
mengambil langkah-langkah untuk meminimalisir penularan, yang paling lumrah
adalah kebijakan lock down. Untuk di Indonesia pemerintah mengambil
langkah-langkah situasional, mulai dari work from home, social distancing,
hingga tagar #dirumahaja yang bertebaran di gawai kita. Kantor dan kampus
tutup, sekolah-sekolah diliburkan, dan aktivitas manusia di seluruh dunia
dikurangi. Tentu keadaan seperti ini membuat rencana kita semua terhambat. Penulis
pun menunda rencana untuk melamar kerja karena keadaan ini. Cukup banyak kerugian
yang ditimbulkan akibat penyakit ini bagi manusia.
Contoh dari kerugian lainnya terdapat
pada aspek ekonomi. Indeks saham pasar banyak yang menurun, misalnya Nikkei (Jepang)
yang mengalami penurunan hingga -16,4 %, Dow Jones (AS) -21,9 %, dan FTSE (Inggris)
-26,6 % (Jones,
Brown, & Palumbo, 2020). Sementara itu dari aspek olahraga,
dua turnamen akbar olahraga tahun ini yakni Euro 2020 dan Olimpiade Tokyo terpaksa
ditunda hingga tahun depan (UEFA,
2020; Wade & Yamaguchi, 2020). Euro tahun ini dilaksanakan lintas
negara di Eropa, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya menggunakan satu
atau dua negara yang bertetangga sebagai tuan rumah. Jika agenda ini diteruskan,
turnamen sepak bola paling akbar di Eropa ini menjadi media terbesar penyebaran
Covid-19, karena mobilisasi manusia yang masif di lintas negara Eropa. Olimpiade
pun demikian, karena berpotensi menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai
negara, sehingga dapat memperparah penyebaran wabah. Terlebih negara
penyelenggaranya yakni Jepang cukup dekat secara geografis dari Tiongkok yang
merupakan titik awal penyebaran Covid-19. Penundaan kedua ajang ini menjadi yang
pertama kali dalam sejarah penundaan acara olahraga karena wabah penyakit.
Pandemi ini menghambat aktivitas
kita, namun ada beberapa hal positif yang bisa diambil. Berikut beberapa hal
positif yang bisa kita ambil:
1. Berkurangnya polusi udara
Berdasarkan citra
satelit yang dirilis NASA dan Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA),
tingkat polusi nitrogen dioksida (NO2) di Tiongkok dan Italia
menurun jauh saat diberlakukannya sistem lock down dibanding hari-hari
biasanya.
Gambar 1 Penurunan Polusi NO2
di Tiongkok sejak diberlakukannya lock down
Gambar 2 Penurunan Polusi NO2
di Italia sejak lock down diberlakukan
Menurut Marshall Burke ekonom
sumber daya lingkungan Stanford University, penurunan tingkat polusi selama dua
bulan mampu menyelamatkan nyawa 4.000 anak berusia lima tahun dan 70.000 orang berumur
lebih dari 70 tahun di Tiongkok (Widyaningrum,
2020). Perlu diketahui, nitrogen dioksida merupakan
salah satu dari lima polutan udara utama selain karbon monoksida (CO), hidrokarbon
(CH), sulfur dioksida (SO2), dan partikulat (PM10). Nitrogen
dioksida berasal dari gas buangan transportasi (69 %, sumber terbesar), industri
dan rumah tangga. Kadar NO2 yang melebihi ambang batas Indeks Standar
Pencemaran Udara (ISPU) 100 dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia,
yakni batuk untuk anak-anak dan orang tua, gangguan pernapasan, bahkan
kematian. Jika senyawa ini bercampur dengan air hujan akan menimbulkan hujan asam
yang dapat berujung pada kerugian lebih banyak (Darmawan,
2018).
Hakikatnya atmosfer di bumi
terdiri dari beberapa komponen gas, yakni nitrogen (78 %), oksigen (20 %), argon
(0,93 %), karbondioksida (0,03 %), helium, metana, dan hidrogen. Jika ada komposisi
gas yang melebihi persentase tersebut, terjadilah yang biasa disebut pencemaran
udara (Apriawati
& Kiswandono, 2017). Berdasarkan penjelasan dari dosen
penulis saat masih kuliah, alam sejatinya mampu untuk meluruhkan polusi sisa-sisa
aktivitas manusia, baik di darat, perairan, maupun udara. Namun karena polusi
yang diproduksi bertambah terus setiap hari, alam tidak mampu mengimbangi dan
meluruhkan beban polusi yang ada. Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat bagi
alam untuk meluruhkan polusi dan menyeimbangkan komposisi udara seharusnya
sehingga keadaannya bisa kondusif kembali.
2. Meredanya konflik politik
Mulai awal 2020, dunia
dikejutkan dengan penyerangan arak-arakan militer Iran oleh intel Amerika
Serikat yang menyebabkan tewasnya perwira militer Iran, Jendral Qasem
Soleimani. Pihak Iran mengangkat sumpah serapah akan menyerang balik Amerika
Serikat, sampai-sampai mengibarkan bendera merah simbol berperang. Sempat timbul wacana akan terjadi Perang Dunia
ke-3 menggunakan senjata nuklir yang daya hancurnya luar biasa. Seluruh dunia
bergidik dengan keadaan ini. Di Indonesia, berita tentang huru-hara politik juga
bak matahari, selalu ada setiap hari.
Namun semua berubah ketika
wabah Covid-19 melanda dunia. Hampir seluruh dunia sibuk menangani wabah ini,
setidaknya untuk menurunkan jumlah kasus yang terus meningkat seiap harinya.
Amerika Serikat dan Iran yang perang urat syaraf sebelumnya justru mengalami
jumlah kasus yang cukup banyak. Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah
kasus terbanyak di dunia, sementara Iran menjadi negara dengan kasus terbanyak
di benua Asia, melampaui Tiongkok yang menjadi sumber awal wabah Covid-19. Kini,
semua pihak bahu membahu berupaya meredam wabah ini. Kabar terbaru seluruh
anggota DPR RI sepakat memotong gaji bulan April untuk membantu meredam wabah. Tentu
kabar ini menggembirakan, karena bisa mengurangi beban biaya penambahan Alat
Pelindung Diri (APD) untuk tenaga medis, obat-obatan sementara, maupun sembako
bagi masyarakat terdampak.
3. Manusia semakin sadar akan pentingnya
menjaga kesehatan
Penyakit Covid-19 menyebar
dengan sangat cepat. Penelitian terbaru menunjukkan virus penyakit ini bisa bertahan
cukup lama di beberapa benda mati. Sebuah temuan yang mencengangkan bagi dunia
pengetahuan, karena virus pada umumnya tidak mampu bertahan lama di benda mati.
Biasanya virus harus hinggap di makhluk hidup lain untuk menjalankan siklus
hidupnya. Dengan penyebaran yang cepat dan kemampuan virus Covid-19 bertahan hidup
di benda mati, virus ini menjadi semakin menakutkan.
Keadaan ini membuat
masyarakat berupaya menjaga kebersihan, kesehatan, dan kekebalan tubuh sebaik
mungkin. Upaya cuci tangan pakai sabun (CTPS) semakin nyaring digaungkan. Kampanye
untuk olahraga dan tidur yang cukup semakin sering muncul di media. Penyemprotan
desinfektan dilakukan hampir di setiap sudut kota yang memungkinkan terjadi
perkumpulan. Masyarakat yang sebelumnya tidak terlalu peduli masalah kesehatan menjadi
sadar akan pentingnya menjaga pola hidup sehat.
Padahal sebenarnya program-program
ini sudah dicanangkan Kementerian Kesehatan sejak lama. CTPS penting untuk
upaya pencegahan penyakit yang menyebar lewat air (water borne disease)
seperti diare, kolera, tifus, dan disentri. Penyakit-penyakit tersebut adalah
masalah kesehatan utama di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Olahraga teratur
dan tidur yang cukup merupakan upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh serta mencegah
masalah kesehatan degeneratif, seperti obesitas, gangguan jantung, hipertensi, gangguan
ginjal, dan penyakit sistemik lainnya. Gangguan-gangguan ini mulai menjangkiti
Indonesia di era modern seperti sekarang ini.
Di sini kita belajar, setiap kejadian
selalu memiliki hikmah yang terkandung di dalamnya, termasuk wabah Corona ini. Selain
tiga hal positif di atas, wabah tersebut mengingatkan kita betapa lemah dan
rapuhnya manusia. Hanya dengan virus yang ukurannya lebih kecil dari sebutir
debu, kita kalang kabut menghadapinya. Selama ini kita terlalu mengedepankan
ego dan mengejar duniawi yang tidak ada habisnya. Selain sebagai pengingat,
wabah yang dapat dikategorikan sebagai musibah ini mampu menjadi media penghapus
dosa-dosa yang sudah kita lakukan, baik sengaja maupun tidak sengaja (Al-Musawwa,
2008). Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki
pengampunan yang sangat luas untuk hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, kita cukup
menghadapinya dengan kesabaran dan ketabahan.
Otomatis situasi ini membuat waktu
kita menjadi lebih banyak di rumah. Kita bisa berkumpul lebih erat dengan
keluarga kita dan istirahat yang cukup. Dengan waktu yang lebih banyak di
rumah, kita juga bisa memanfaatkannya untuk mengaktifkan taman-taman bunga
perenungan (Bisri,
2018). Bunga-bunga yang dimaksud adalah
ingatan-ingatan kita tentang hakikat kehidupan yang diajarkan para guru dan
orang tua kita sejak kecil. Kita bisa menyibak ingatan-ingatan itu untuk merapikannya
seperti membersihkan buku-buku yang sudah tersimpan sangat lama di dalam lemari.
Dengan merawat taman bunga perenungan, kita bisa menyadari untuk apa kita hidup,
apa saja yang sudah kita lakukan selama ini, dan bagaimana seharusnya kita
menjalani hidup ini selanjutnya. Tiga aktivitas tersebut tersimpan dalam kata
yang kita kenal sebagai muhasabah atau intropeksi diri. Wajar bila manusia berbuat
dosa, karena manusia sering khilaf dan lupa. Yang terpenting manusia tidak
boleh lupa tempat kembali sejati, yakni kembali ke pangkuan-Nya.
Tirta Indah Perdana, Lulusan Kesehatan Masyarakat Peminatan
Kesehatan Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Referensi :
Al-Musawwa,
M. (2008). Kelembutan Allah dalam Musibah. Retrieved March 31, 2020, from
Majelis Rasulullah website:
https://www.majelisrasulullah.org/kelembutan-allah-dalam-musibah/
Apriawati, E., & Kiswandono, A. A. (2017). Kajian Indeks
Standar Polusi Udara (ISPU) Nitrogen Dioksida di Tiga Lokasi Kota Bandar
Lampung. Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 2(01),
42–51.
Ariawan, I., Riono, P., Farid, M. N., & Jusril, H.
(2020). COVID-19 Modelling Scenarios Indonesia. Jakarta.
Bisri, A. M. (2018). Pesan Islam Sehari-Hari, Memaknai
Kesejukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (1st ed.; Rusdianto, Ed.). Yogyakarta:
Laksana.
Darmawan, R. (2018). Analisis Risiko Kesehatan Ligkungan
Kadar NO2 Serta Keluhan Kesehatan Petugas Pemungut Karcis Tol. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, 10(1), 116.
https://doi.org/10.20473/jkl.v10i1.2018.116-126
JHU. (2020). Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center
for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (JHU).
Retrieved March 30, 2020, from John Hopkins University website:
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6
Jones, L., Brown, D., & Palumbo, D. (2020). Coronavirus:
A Visual Guide to The Economic Impact. Retrieved March 31, 2020, from BBC
website: https://www.bbc.com/news/business-51706225
KoczKodaj, W. W., Mansournia, M. A., Pedrycz, W.,
Wolny-Dominiak, A., Zabrodskii, P. F., Strzaska, D., … Mazurek, J. (2020). 1.000.000
Cases of Covid-19 Outside of China : The Date Predicted by A Simple Heuristic.
10. https://doi.org/10.1016/j.msec.2020.110669
UEFA. (2020). UEFA Postpones EURO 2020 by 12 Months.
Retrieved April 2, 2020, from UEFA website:
https://www.uefa.com/insideuefa/news/newsid=2641071.html
Wade, S., & Yamaguchi, M. (2020). Tokyo Olympics
Officially Postponed Until 2021 Due to Coronavirus Outbreak. Retrieved April 2,
2020, from Time website:
https://time.com/5808782/japan-olympics-postponement-coronavirus/
Widyaningrum, G. L. (2020). Karantina Wilayah Akibat Pandemi
COVID-19, Polusi Udara Berkurang. Retrieved March 31, 2020, from National
Geographic Indonesia website:
https://nationalgeographic.grid.id/read/132065764/karantina-wilayah-akibat-pandemi-covid-19-polusi-udara-berkurang?page=all
Komentar
Posting Komentar