KEPEDULIAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A.
PERMASALAHAN
LINGKUNGAN DI ZAMAN MODERN
Bumi merupakan sumber energi bagi makhluk hidup yang menghuni di
dalamnya, termasuk manusia. Planet bumi dapat terefleksi melalui lingkungan
sekitar tempat kita tinggal. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar kita dan terbentuk karena adanya interaksi di antara elemen-elemen
lingkungan tersebut. Sepanjang sejarah peradaban manusia, manusia selalu
memanfaatkan elemen-elemen lingkungan untuk menunjang kebutuhan hidup. Dengan
kata lain, lingkungan menjadi sumber energi bagi kehidupan manusia, mulai dari
cara-cara primitif seperti membuka hutan secukupnya untuk dijadikan ladang
hingga dengan cara-cara yang lebih modern yang mampu memodifikasi lingkungan
sesuai kehendak kita, seiring berkembangnya teknologi. Contohnya beternak dan
bercocok tanam, membelah gunung dan bukit untuk dijadikan jalan tol, reklamasi
pantai untuk perumahan, hingga membabat hutan untuk dijadikan perkotaan.
Penduduk di bumi semakin lama semakin bertambah. Peningkatan jumlah
penduduk bumi dari tahun ke tahun juga meningkat drastis. Pernyataan tersebut
bisa digambarkan melalui data berikut ini. Tahun 1804 tercatat jumlah penduduk
di dunia kurang lebih satu milyar, pada tahun 1927 jumlahnya meningkat menjadi
dua milyar, berarti butuh 123 tahun untuk peningkatan jumlah penduduk sebesar
satu milyar. Tahun 1987 jumlah populasi manusia ada lima milyar, namun hanya
butuh 12 tahun untuk bertambah satu milyar populasi penduduk menjadi enam mliyar,
tepatnya pada pada tahun 1999. Peningkatan pesat jumlah penduduk menyebabkan
sejumlah masalah, yang paling utama adalah daya dukung bumi tidak mampu
memenuhi seluruh kebutuhan hidup manusia, sehingga kebutuhan hidup manusia
tidak tercukupi, salah satu bukti nyata
adalah kelaparan yang melanda dunia, terutama di dunia ketiga seperti Asia,
Afrika, dan Amerika Latin.
Dalam sepuluh tahun terakhir, media cetak dan elektronik kerap
mengisi headline dengan dengan pemberitaan meningkatnya degradasi
lingkungan seperti kerusakan dan kebakaran hutan, banjir, pencemaran
lingkungan, dan konversi lahan produktif menjadi peruntukan lain. degradasi
lingkungan merupakan masalah sistemik, saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Terjadinya kebakaran hutan yang semakin luas dan sering di
Sumatra dan Kalimantan, misalnya selain disebabkan oleh faktor alam (anomali
iklim) juga merupakan konsekuensi logis dari meluasnya kebijakan perluasan
Hutan Tanaman Industri (HTI) menggantikan hutan alam. Pembangunan HTI
seringkali menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan karena dalam melakukan
pembersihan lahan dilakukan dengan cara pembakaran. Cara ini sangat murah,
namun meningkatkan risiko kebakaran dan menurunkan kualitas kesehatan akibat
asap yang dapat menimbulakn gangguan kesehatan.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH LINGKUNGAN GLOBAL
Dari beberapa masalah yang sudah diuraikan di latar belakang, bisa
diidentifikasi beberapa masalah yang bisa berbuntut panjang terkait lingkungan
hidup. Masalah-masalah ini penulis rangkum dalam beberapa poin, yakni
:
a. a. Peningkatan
Jumlah Penduduk yang Pesat
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat dikuatkan data yang sudah
dipaparkan di latar belakang. Pesatnya peningkatan disebabkan oleh membaiknya
sistem pelayanan kesehatan. Sistem pelayan kesehatan yang baik meningkatkan
kualitas hidup manusia, dengan kualitas hidup manusia yang meningkat angka
harapan hidup juga makin meningkat. Rerata ngka harapan hidup pada dasawarsa
1950 berkisar di angka 45 tahun. Di awal abad 21 seperti saat ini angka harapan
hidup meningkat 20 tahun lebih lama. Diprediksi pada tahun 2050 angka harapan
hidup manusia menjadi 76 tahun. Dengan meningkatnya angka harapan hidup, angka
kematian berpotensi terus mengecil setiap tahunnya, ditambah angka kelahiran
yang stabil menjadikan planet ini semakin sesak dipadati manusia.
b. b. Perkembangan Industri
Perkembangan industri lahir baru berkembang pada 200 tahun yang
lalu. Industri makin berkembang dengan kecanggihan teknologi. Teknologi modern
hasil rekayasa manusia ternyata mampu mengatasi masalah daya dukung bumi yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia. Teknologi industri mampu meningkatkan
daya dukung bumi menjadi 300 kali lipat. Penulis mengambil contoh satu bidang
dari sekian banyak bidang yang dimanjakan kecanggihan teknologi, yakni
pertanian. Pertanian diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan warga dunia.
Jika bercocok tanam dengan cara primitif hanya mampu memenuhi kebutuhan 20 juta
orang, dengan kemajuan teknologi mampu memenuhi kebutuhan pangan seluruh umat
manusia.
c. c. Penggunaan Sumber
Energi
Energi sangat berkaitan dengan kehidupan umat manusia di bumi.
Sejak zaman prasejarah manusia sudah menggunakan alam sebagai sumber
energi. Pada zaman prasejarah manusia menggunakan kayu, angin, dan air sebagai
sumber energi. Sampai abad ke-19 manusia masih mengandalkan kayu sebagai sumber
energi. Seiring berjalannya waktu, jumlah manusia makin meningkat hingga kayu
tidak mampu memenuhi permintaan pasar, karena kayu membutuhkan waktu peremajaan
yang tidak sebentar. Butuh waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun untuk
menumbuhkan bibit-bibit pohon menjadi kayu. Manusia mulai melirik barang
tambang seperti batu bara, gas alam, minyak bumi, dan nuklir. Aplikasi barang
tambang pada mesin uap yang dipublikasi pada abad ke-18 menarik masyarakat
dunia dan dianggap sebagai inovasi brilian. Mesin ini pun diproduksi secara
besar-besaran dan melahirkan apa yang disebut sebagai Revolusi Industri.
Namun di sisi lain mesin ini membutuhkan
pasokan batu bara yang menjadi bahan bakar utama mesin ini. Pembakaran bahan
bakar fosil menimbulkan polusi udara yang mengganggu kesehatan.
d. d. Peningkatan Konsumsi
Energi
Pasca peristiwa revolusi industri, terjadi
peningkatan pesat aktivitas industri di dunia. Seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya, mesin-mesin industri membutuhkan bahan bakar fosil dan barang
tambang yang tidak sedikit. Konsumsi
energi akhirnya meningkat sehingga digagaslah upaya eksploitasi
sumber daya alam. Kegiatan ekploitasi ini memunculkan masalah baru lagi di
wilayah tambang, terutama berkaitan dengan lingkungan sekitar tambang. Konsumsi
energi di dunia mayoritas berasal dari bahan bakar fosil dengan persentase 90%.
Penduduk negara maju merupakan konsumen energi ini dengan jumlah tertinggi,
meski total penduduk negara maju hanya seperempat dari seluruh penduduk bumi. Total
konsumsi energi penduduk negara maju mencapai 75% dari seluruh energi
dunia.
Poin-poin di
atas saling berhubungan satu sama lain, sehingga untuk mengatasi
masalah-masalah tadi diperlukan konsep pengendalian yang menyeluruh yang
melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat sipil, instansi pendidikan,
LSM, stakeholder, hingga ke pemerintah negara dan segenap
jajarannya.
C.
UPAYA PENYELESAIAN
MASALAH LINGKUNGAN HIDUP
Permasalahan lingkungan yang telah terjadi, baik skala lokal,
regional maupun global telah mendorong kesadaran masyarakat dunia tentang
perlunya pemahaman tentang manajemen lingkungan dna kebijakan-kebijakan
konservasi sumber daya alam/lingkungan
pada segala tingkatan dan sektor. Pentingnya pemahaman tentang bagaimana
sistem lingkungan alam berfungsi dan bekerja, telah mendorong dilakukannya
kajian pengelolaan lingkungan (alam) secara terpadu. Lebih lanjut, perlu
ditekankan bahwa pemisahan faktor alam dari faktor sosial tidak realistris
karena kedua faktor terkait secara biofisik merupakan ancaman bagi pembangunan
berkelanjutan. Diperlukannya suatu mekanisme atau instrumen kebijakan
pengelolaan lingkungan yang memuat prinsip-prinsip terselengaranya pembangunan
yang berwawasan lingkungan. penyelesaian masalah melalui pendekatan teknologi (technology
fixed) yang sering kita jumpai di lapangan, bukanlah jawaban dari
pertanyaan :mengapa kualitas dan kuantitas sumber daya alam/lingkungan yang
kita miliki terus merosot? Jawaban dengan tingkat efektivitas dan pencapaian
tujuan pengelolaan lingkungan jangka panjang yang dapat lebih
diandalkan adalah mengupayakan pembangunan sistem politik yang
kondusif terhadap prinsip-prinsip demokratisasi, struktur sosial dan ekonomi
yang tidak memberikan kesenjangan tinggi, serta arah pengelolaan lingkungan
yang jelas dan dikehendaki masyarakat luas yang menginginkan
perbaikan kualitas lingkungan. dengan kata lain, prinsip-prinsip utama good
governance, terutama akuntabilitas, partisipasi, dan transparansi harus
dilaksanakan dengan konsekuen apabila pembangunan berkelanjutan ingin
diwujudkan. Disinilah peran penting pembuat dan
pengambil kebijakan pengelolaan lingkungan dalam mewujudkan terselenggaranya
pembangunan berkelanjutan.
Belakangan ini, telah diselenggarakan sekumlah konferensi tingkat
tinggi PBB mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kepentingan global
yang berkelanjutan. Berbagai konferensi itu membahas berbagai masalah, sepeti
pembangunan berkelanjutan, pengembangan sosial, pemukiman manusia, kualitas
gender, dan anak-anak. Konferensi itu membentuk kebijakan internasional dan
merangsang proses yang sama dari pengembangan kebijakan di tingkat nasional,
regional dan lokal, guna memberikan hubungan yang penting untuk
pembangunan berkelanjutan.
Restorasi dan perlindungan lingkungan dalaam basis jangka panjang
akan melibatkan pembentukan kemitraan melalui pendekatan inovatif dengan fokus
regional atau desentralisasi pada program tertentu dan melibatkan proyek
prioritas. Jaringan global informasi dan pengetahuan mengenai pembangunan berkelanjutan
menjadi alat, entah sebagai informasi-ekologi pada
pembangunan berkelanjutan, atau sebagai manajemen pengetahuan-ekologi. Berbagi
pengalaman dan pengetahuan antara sesama perkotaan juga menjadi cara efektif
untuk memperluas kemampuan tanpa mengeluarkan biaya besar.
D.
ISLAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP
Asas keseimbangan dan kesatuan ekosistem hingga saat ini masih
banyak digunakan oleh para ilmuwan dan praktisi lingkungan dalam kegiatan
pengelolaan lingkungan. Asas tersebut
juga telah digunakan sebagai landasan moral untuk semua aktivitas manusia yang
berkaitan dengan lingkungannya. Akan tetapi asas keseimbangan dan kesatuan
tersebut masih terbatas pada dimensi fisik dan duniawiyah saja dan belum
dikaitkan dengan dimensi supranatural dan spiritual terutama dengan konsep
penciptaan alam. Jadi, terdapat keterputusan dalam hubungan antara alam sebagai
suatu realitas dan realitas yang lain yakni yang menciptakan alam. Dengan kata
lain, nilai spiritualitas dari asas tersebut tidak terlihat.
Islam merupakan agama (jalan hidup) yang sangat memperhatikan
tentang lingkungan dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Alquran
menjelaskan, mengajurkan, bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga
kelangsungan kehidupan makhluk lain di bumi. Konsep yang berkaitan dengan
penyelamaatan dan konservasi lingkungan (alam) menyatu tak terpisahkan dengan
konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan akhlak.
Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan dengan
makhluk lain atau orang lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi keyakinan
tentang keesaan dan kekuasaan Allah yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung
jawab kepada-Nya untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal
ini juga menyiratkan bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai
dalam etika. Bagi seorang muslim, tauhid seharusnya masuk ke seluruh aspek
kehidupan dan perilakunya. Dengan kata lain, tauhid merupakan sumber etika
pribadi dan berkelompok, etika sosial, ekonomi dan politik, termasuk etika
dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Di dalam ajaran islam juga dikenal konsep yang berkaitan dengan
penciptaan Tuhan dan Alam Semesta yakni konsep Amanah dan Khilafah. Konsep
khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih di muka bumi (Khalifatullah
fil ‘ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib dapat mereepresentasikan
dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang alam
adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul alamin). Jadi
sebagai wakil (khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung
jawab untuk menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan
fungsi sebagai tempat kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus
menjaga keberlangsungan kehidupannya. Dalam kitab-Nya Allah berfirman, “Dan
Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari
buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di
hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk
pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-An’am 141-142)
Lingkungan alam dikontrol oleh dua instrumen, yakni halal dan
haram. Halal bermakna segala sesuatu yang baik, menguntungkan, menentramkan
hati, atau yang berakibat baik bagi seseorang, masyarakat, maupun lingkungan.
sebaliknya segala sesuatu yang jelek membahayakan atau merusak seseorang,
masyarakat, dan lingkungan adalah haram. Jika konsep tauhid, khilafah, amanah,
halal dan haram ini kemudian digabungkan dengan konsep keadilan, keseimbangan,
keselarasan, dan kemaslahatan maka terbangunlah suatu kerangka yang lengkap dan
komprehensif tentang etika lingkungan dalam perspektif Islam.
Konsep etika lingkungan tersebut mengandung makna, penghargaan yang
sangat tinggi terhadap alam, penghormatan terhadap saling keterkaitan setiap
komponen dan aspek kehidupan, pengakuan terhadap kesatuan penciptaan dan
persaudaraan semua makhluk serta menunjukkan bahwa etika (akhlak) harus menjadi
landasan setiap perilaku dan penalaran manusia. Kelima pilar etika tersebut
sebenarnya juga merupakan pilar syariah Islam. Syariah yang bermakna lain as-shirath
adalah sebuah “jalan” yang merupakan konsekuensi dari persaksian (syahadah)
tentang keesaan Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2009. Ekologi Energi, Mengenali Dampak
Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi. Jakarta : Graha
Ilmu.
Asdak, Chay. 2012. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Jalan
Menuju Pembanguan Berkelanjutan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Inogiuchi, Takashi, dkk. 2015. Kota dan Lingkungan, Pendekatan
Baru Terhadap Masyarakat Berwawasan Ekologi. Jakarta : LP3ES
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam.
Jakarta :Kencana.
Komentar
Posting Komentar